Alice in Wonderland is an upcoming fantasy-adventure film directed by Tim Burton. It is an extension to the Lewis Carroll novels Alice’s Adventures in Wonderland and Through the Looking-Glass. The film will use a [...]
Selasa, 28 Januari 2014
Penataan Kehidupan Politik, Ekonomi dan Sosial Pada Massa Orde Baru
Kehidupan Politik Masa Orde Baru • Upaya untuk
melaksanakan orde baru : 1. Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh
tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. 2. Menyusun kembali
kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
menuju masyarakat adil dan makmur. 3. Menetapkan Demokrasi Pancasila guna
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. 4. Melaksanakan
Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga negara. Penataan
Politik Dalam Negeri
1. Pembentukan
Kabinet Pembangunan
2. Pembubaran
PKI dan Organisasi masanya
3. Pemilihan
Umum
4. Peran
Ganda ABRI
5. Pemasyarakatan
P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
Dan berikut penjelasannya
1. Melanjutkan
perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya.Ø Melaksanakan politik
luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional. Ø Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5
Juli 1968. Ø Memperbaiki
kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan. Ø6. 1. Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa
peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang
dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas
politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah
sebagai berikut :
2. Pembersihan
aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.Ø Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September Ø Pelaksanaan Pemilihan Umum Ø Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima
Tahun Tahap pertama Ø Penciptaan
stabilitas politik dan ekonomi Ø7.
Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden
untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama
Kabinet Pemba- ngunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang
meliputi :
Ø
Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya Suharto sebagai
pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan
jalannya pemerintahan maka melakukan
Ø
Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang
diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966.
Ø
Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI
sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Ø
Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15
orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan
muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk memulihkan
keamanan dan ketertiban.
3. Pemilu
1971 • Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan pemilu 1955 dimana
para pejabat negara termasuk perdana menteri yang berasal dari partai peserta
pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal. • Organisasai politik
yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada dan diakui
mempunyai wakil di DPR/DPRD. • Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776 pemilih
untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100
orang diangkat. • Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai
Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin
Indonesia (24 kusi), Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia
(7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba
dan Partai IPKI (tak satu kursipun).v9.
3. Pelaksanaan Pemilu Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan
pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun
sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
4. Penyederhanaan
dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka dilakukan
penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya
kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu : •
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan
Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai
politik Islam) • Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI,
Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang
bersifat nasionalis). • Golongan Karya (Golkar)v10.
5. Pemilu 1982 • Pelaksanaan Pemilu ketiga pada
tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan suara Golkar secara nasional meningkat.
Golkar gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta dan Kalimantan
Selatan Golkar berhasil merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh
tambahan 10 kursi sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi.v Pemilu 1977 • Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977
pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai
penyederhanaan jumlah partai sehingga ditetapkan bahwa terdapat 2 partai
politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3
kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP dan 29 kursi
untuk PDI. v11.
6. Pemilu
1992 • Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan
perubahan yang cukup mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar menurun dari 299
kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat
menjadi 56 kursi.v Pemilu 1987 • Pemilu
tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari Pemilu 1987
adalah : • PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi dibanding
dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan adanya larangan penggunaan asas Islam
(pemerintah mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila) dan
diubahnya lambang partai dari kabah menjadi bintang. • Sementara Golkar
memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi. • PDI memperoleh
kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres
tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam. v12.
7. Pemilu
1997 • Pemilu keenam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya: • Golkar
memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapaiv13. 74,51 %
dengan perolehan kursi 325 kursi. • PPP mengalami peningkatan perolehan suara
sebesar 5,43 % dengan perolehan kursi 27 kursi. • PDI mengalami kemerosotan
perolehan suara karena hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini disebabkan
karena adanya konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dan PDI
Megawati Soekarno Putri. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru
menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu
itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum,
Bebas
8. Peran
Ganda ABRI Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan
peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran
ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungsi adalah suatu doktrin di
lingkungan militer Indonesia yang menyebutkan bahwa TNI memiliki dua tugas,
yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan kedua memegang
kekuasaan dan mengatur negara. Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk
memegang posisi di dalam Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama
di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan pengangkatan.
Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator dan
dinamisator.
9. Pemasyarakatan
P4 • Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai
pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia
Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR dalam
sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila”
atau biasa dikenal sebagai P4. • Guna mendukung program Orde baru yaitu
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun
1978 diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan
masyarakat. • Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama
mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui
penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat
terhadap pemerintah Orde Baru. • Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan
bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak
dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada semua organisasi untuk
menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk
indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem
kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
10. Penataan
Politik Luar Negeri 1. Kembali menjadi anggota PBB 2. Pemulihan hubungan dengan
Singapura 3. Pemulihan hubungan dengan Malaysia 4. Pembentukan Organisasi
ASEAN.
11. Kembali menjadi anggota PBB • Indonesia
kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang
pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada
tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi
anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka menjawab
kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini
dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia
selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi
akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 September 1966. •
Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan
dari pihak PBB sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik
sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya
Indonesia menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan
dengan sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan
sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde
Lama.
12. Pemulihan
Hubungan Dengan Singapura Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia
telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman
(Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan
terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada
Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan nota
jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatic.
13. Pemulihan
Hubungan dengan Malaysia • Indonesia segera memulihkan hubungan dengan Malaysia
yang sejak 1964 terputus. Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai
dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang
menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi: I. Rakyat Sabah dan Serawak
diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai
kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia. II. Pemerintah kedua belah pihak
menyetujui pemulihan hubungan diplomatik. III. Tindakan permusuhan antara kedua
belah pihak akan dihentikan. Peresmian persetujuan pemulihan hubungan
Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta
tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta
Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di
masing-masing negara..
14. Pembentukan
Organisasi ASEAN Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau dikenal ASEAN. ASEAN merupakan organisasi
regional yang dibentuk atas prakarsa lima menteri luar negeri negara-negara di
kawasan Asia tenggara. Kelima menteri Luar negeri tersebut adalah : 1. Narsisco
Ramos dari Filipina 2. Adam Malik dari Indonesia 3. Thanat homan dari Thailand
4. Tun Abdul Razak dari Malaysia 5. S. Rajaratnam dari Singapura
Penandatanganan naskah pembentukan ASEAN dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus
1967 di bangkok sehingga naskah pembentukan ASEAN itu disebut Deklarasi
Bangkok.
15. Kehidupan
Ekonomi Masa Orde Baru Struktur perekonomian Indonesia pada tahun 1950-1965
dalam keadaan kritis. Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat
ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan
kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program
pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada
usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena
adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi
kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program
pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Secara garis besar, upaya
pemulihan struktur perekonomian dan pembangunan pada masa orde baru, pemerintah
menempuh cara sebagai berikut : 1) Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi 2)
Kerja Sama Luar Negeri 3) Pembangunan Nasional
16. Stabilisasi
dan Rehabilitasi Ekonomi Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai
peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-
langkah: • Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan.
Kebijakan ini didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966. • MPRS
mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program
stabilisasi dan rehabilitasi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti
mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan
rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana
yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
17. Langkah-langkah
yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:
a) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan
kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut
adalah: • Rendahnya penerimaan negara. • Tinggi dan tidak efisiennya
pengeluaran negara. • Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank.
• Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri. • Penggunaan devisa bagi impor
yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana. b. Debirokrasi untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. c. Berorientasi pada kepentingan produsen
kecil. Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka
pemerintah Orde Baru menempuh cara-cara : 1. Mengadakan operasi pajak 2.
Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan
maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak
orang. 3. Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin),
serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara. 4. Membatasi kredit bank dan
menghapuskan kredit impor.
18. Pertemuan
Tokyo • Orde Lama mewariskan utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai
2,2-2,7 miliar, sehingga pemerintah Orde Baru meminta negara-negara kreditor
untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia. • Pada tanggal 19-20
September 1966 pemerintah Indonesia mengadakan perundingan dengan negara-
negara kreditor di Tokyo.v24. Kerja sama Luar
Negeri
19. Pemerintah
Indonesia akan melakukan usaha bahwa devisa ekspor yang diperoleh Indonesia
akan digunakan untuk membayar utang yang selanjutnya akan dipakai untuk
mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat tanggapan baik dari negara-negara
kreditor. Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan
sebagai berikut : 1. Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari
tahun 1970 sampai dengan 1999. 2. Pembayaran dilaksanakan secara angsuran,
dengan angsuran tahunan yang sama besarnya. 3. Selama waktu pengangsuran tidak
dikenakan bunga. 4. Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip
nondiskriminatif, baik terhadap negara kreditor maupun terhadap sifat atau
tujuan kredit.
20. Pertemuan
Amsterdam • Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diadakan perundingan di Amsterdam,
Belanda yang bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar
negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunas, yang
selanjutnya dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group for Indonesia). •
Pemerintah Indonesia mengambil langkah tersebut untuk memenuhi kebutuhannya
guna pelaksanaan program-program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta
persiapan-persiapan pembangunan. • Di samping mengusahakan bantuan luar negeri
tersebut, pemerintah juga berusaha dan telah berhasil mengadakan penangguhan
serta memperingan syarat- syarat pembayaran kembali (rescheduling) hutang-
hutang peninggalan Orde Lama.v
21. Stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.Ø
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Ø
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat. Pembangunan Nasional Tujuan Pembangunan nasional
adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaannya
pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu: 1) Jangka panjang
mencakup periode 25 sampai 30 tahun 2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun
(Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan
jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling
berkaitan/berkesinambungan. Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan
pemerintah Orde Baru berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur
Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua
lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi
Pembangunan adalah :
22. Menitikberatkan
pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang jadi.Ø
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan
Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun
menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi
9,5%. 3) Pelita III (1 April 1979 hingga 31 Maret 1984.) Ø Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan,
sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas
kesempatan kerja. Ø Menitik beratkan
pada sektor pertanian dengan meningkatkan insdutri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku. Ø Tujuannya adalah
untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya dengan sasaran dalam bidang Pangan, Sandang,
Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. 2) Pelita II (1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.) Ø Menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri
yang mendukung sektor pertanian. Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu
: 1) Pelita I (1 April 1969 hingga 31 Maret 1974)
23. Pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melaØ
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pembangunan
nasional Indonesia dari pelita ke pelita berikutnya terus mengalami peningkatan
keberhasilan pembangunan. Ø
Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan
industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebagai pendukungnya. Ø
Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi
rata-rata 6,8 % per tahun. 6) Pelita VI (1 April 1994 hingga 31 Maret 1999.) Ø Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. Ø Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh
terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan
moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan. 5) Pelita V (1 April 1989 hingga 31 Maret 1994.) Ø Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri sendiri. Pelita IV (1 April 1984 hingga 31 Maret 1989.) nda
negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan
peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim
Orde Baru runtuh.
24. Kondisi Keamanan pada masa Orde Baru Kondisi
keamanan yang terjadi di permulaan awal Orde baru sangat kacau dan sulit
dikendalikan. banyaknya aksi demonstran yang sampai menewaskan seorang
mahasiswa. Keadaan kembali membaik setelah presiden soeharto menumpas pki yang
menjadi ancaman keamanan nasional. pada zaman orde baru jarang ditemukan demo.
Karena siapa saja yang berani menentang oeharto akan menerima hukuman yang
berat.
25. kopkamtib
• Presiden Soeharto menggunakan kopkamtib untuk memelihara dan meningkatkan
stabilitas keamanan dan ketertiban di dalam rangka mewujudkan stabilitas
nasional sebagai syarat mutlak bagi berhasilnya pelaksanaan Repelita pada
khususnya dan pembangunan jangka panjang pada umumnya. • Selama 23 tahun dari
pemerintahan Orde Baru, Kopkamtib telah menjadi gugus tugas pemerintah militer
untuk melaksanakan kegiatan keamanan dan intelejen. Lewat serangkaian kegiatan
tersebut, Kopkamtib dapat menggunakan seluruh aset dan personalia pemerintahan
sipil di Indonesia demi kepentingan apa yang disebut pemerintah Orde Baru
sebagai mempertahankan pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan
UU 1945.
26. Bakorstanas
• Tahun 1988, Presiden Soehartomem bubarkan lembaga ini (kopkamtib) dan
menggantikannya dengan Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional
(Bakorstanas). Bakorstanas bertujuan memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan stabilitas nasional, juga bertindak sebagai penasehat dan
dikepalai oleh Panglim ABRI yang langsung melapor kepada presiden. Walaupun
begitu hampir seluruh staf Kopkamtib dan seluruh peran yang dimainkan oleh
organisasi terdahulu juga dilakukan oleh Lembaga baru in
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar